BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Cacat bawaan adalah merupakan suatu kesatuan cacat
lahir pada neonates yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun
petugas medis. Perhatian kita terhadap
cacat bawaan masih kurang, sedangkan Negara kita saat ini telah berhasil dalam
penyelenggaraan KBn serta telah berhasil memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman
sekarang ini masalah kualitas hidup anak merupakan prioroitas utama bagi
program kesehatan nasional. Salah satu
faktor mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan.
Kelainan bawaan seperti labioskizis, hernia
diafragmatika. Labioskiziz atau yang
lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan masalah yang di alamai
oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir
dengan keadaan bibir sumbing.
Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan
alat kedokteran. Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata,
dapat dengan segera menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum
mampu untuk melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena
pemerintah sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang
kurang mampu.
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ intra
abdomen ke dalam rongga kavum pleura melalui suatu lubang pada diafragma. Salah satu penyebab terjadinya hernia
diafragma adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma
tumpul, Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral diafragma
posterior yang berasal dari arkus lumbosakral dan vertebrocostal adalah tempat
yang paling lemah dan mudah rupture.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Labioskiziz dan Labiopalatoskiziz pada
neonatus dan penatalaksanaannya?
2. Bagaimana Hernia diafragmatika pada neonatus dan
penatalaksanaannya?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui Labioskiziz dan Labiopalatoskiziz
pada neonates dan penatalaksanaannya terhadap neonatus.
2. Untuk mengetahui hernia diafragmatika pada neonatus
dan penatalaksanaannya pada neonatus yang mengalami kelainan tersebut.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A.
Labioskizis
dan Labiopalatokizis
2.1 Pengertian Labioskizis
dan Labiopalatokizis
Suatu kelainan yang
dapat terjadi pada daerah mulut. Palatokizis (sumbing palatum/celah
llangit-langit), labioskizis (sumbing bibir/celah bibir) yang terjadi akibat
gagalnya jaringan lunak (struktur tulang maxila dan premaxilla) untuk menyatu
selama perkembangan embrio
2.2
Klasifikasi
Jenis belahan pada
labioskizis atau labiopalatokizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah
satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan
palatum durum, serta malatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur
yang terkena menjadi beberapa bagian berikut :
1.
Palatum primer meliputi
bibir, dasar hidung, alveolus, palatum dulum di belahan foramen insisivum.
2. Palatum
sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3. Suatu
belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder dan juga bisa berupa unilateral dab bilateral.
4. Terkadang
terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan
mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Berdasarkan
organ yang terlihat :
1. Celah
di bibir (labioskizis).
2. Celah
di gusi (platokizis).
3. Celah
di langit (palatokizis).
4. Celah
dapat terjadi dalam satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis).
Berdasarkan
lengkap atau tidak lengkapnya celah terbentuk.
1.) Unilateral
inclompete adalah jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan
tidak memanjang ke hidung.
2.) Unirateral
complete adalah jika celah sumbing yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir
dan memanjang ke hidung.
3.) Bilateral
complete adalah jika celah sumbing terjhadi di kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
2.3 Etiologi
Penyebab
terjadinya labioskizis dan labiopalatokizis adalah sebagai berikut :
1. Kelainan-kelainan
yang dapat menimbulkan hipokalemia.
2. Obat-obatan
yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan
radiasi.
3. Obat-obatan
yang mempengaruhi metabolisme, misalnya difisiensi vitamin B6, asam folat, dan
vitamin C.
4. Faktor
genetik atau keteurunan.
5. Terjadi
trauma pada kehamilan trimester pertama.
6. Infeksi
pada ibu yang dapat mempengaruhi janin seperti infeksi rubella, sifilis,
toxoplasma, dan klamidia.
7. Multi
faktoral dan mutasi genetik.
8. Displasia
ektodernal.
2.4 Patofisiologi
Labioskizis terjadi
akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial
yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi
tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatokizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum
durum dan paltum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada
kelainan ini adalah :
1.
Opititis media.
2. Faringitis.
3. Kekurangan
gizi.
Diperkirakan
sekitar 10% penderita palatoskizis akan menderita masalah berbicara, misalnya
suara sengau. Karena palatoskizis dapat menganggu pertumbuhan anatomi
nasafaring dan sering mengakibatkan pula terjadinya otitis media, cosge, serta
gangguan pendengaran, maka kerjasama dengan pihak THT sangat diperlukan.
2.6 Penatalaksanaan
1. Pemberian
ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai refleks
mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit
menekan payudara.
2. Bila
anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeze bottles). Untuk
mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol
maka susu dapat di dorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika
anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3. Dengan
bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah
palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas
palatum sebelum dpat dilakukan tindakan bedah.
4. Tindakan
bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak,
dokter THT, serta ahli wicara.
5. Tahapan
tindakan orthondofic diperlukan pula untuk perbaikan gusi dan gigi.
6. Pendekatan
kepada orang tua sangat penting agar mereka mengetahui masalah tindakan yang
diperlukan untuk perawatan anaknya.
2.7 Syarat Labioplastis
(Rule Of Ten)
1. Umur
3 bulan atau > 10 minggu.
2. Berat
badan kira-kira 4,5 kg/10 pon.
3. Hemoglobin
> 10 gram/dl.
4. Hitung
jenis leukosit < 10.000.
2.8 Syarat Palatoplasti
Palatoskizis ini
biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, yang
penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian
belakangnya agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan
suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika
berat badan normal, penyakit lain tidak
ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara
1-2 tahun.
1.
Jika sengau harus
dilakukan terapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara).
2.
Jika terapi bicara
tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti saat
anak berusia 8 tahun.
Faringoplasti
ialah suatu pembahasan mukosa otot-otot yang kemudian didekatkan satu sama
lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung dipersempit dengan
membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatum molle.
Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen agar
pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca
dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut :
1.
Menjaga agar
garis-garis jahitan tetap bersih.
2.
Bayi diberi makan atau
minum dengan alat penetes dengan menahan kedua tangannya.
3.
Makanan yang diberikan
adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur sering selama 3 minggu dengan
menggunakan alat penetes atau sendok.
4.
Kedua tangan penderita
maupun alat permainan harus dijauhkan.
B.
Hernia Diafragmatika
2.9 Pengertian Hernia Diafragmatika
Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ atau
jaringan melalui lubang abnormal. Henia diafragmatika adalah sekat yang
membatasi rongga dada dan rongga perut. Hernia Diafragmatika adalah penonjolan
organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Akibat
penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Terjadi bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pembagian Hernia diafragmatika :
a. Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan,
tusukan
b. Non-Traumatica
1) Kongenital
a) Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk
pars lumbalis, pars costalis diafragma.
b)
Hernia
Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan sternum
2)
Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjad
pada sisi tubuh bagian kiri.
2.10
Penyebab Hernia
Diafragmatika
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90%
terjadi pada sisi tubuh bagian kiri. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir,
berbagai sistem organ berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu
ke-7 sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan
tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang secara
tidak wajar atau usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma
berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di
tengah diafragma tidak berkembang secara wajar.
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan
saluran pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi
karena berbagai faktor, yang berarti “banyak faktor” baik faktor genetik maupun
lingkungan.
2.11
Etiologi
Lesi ini biasanya terdapat pada distress respirasi berat
pada masa neonatus yang disertai dengan anamali sistem organ lain misalnya
anamali sistem saraf pusat atresia esofagus, omfalokel dan lain-lain.
Pemisahan
perkembangan rongga pada dada dan perut disempurnakan dengan menutupnya kanalis
pleuropertioneum posteriolateral selam kehamilan minggu kedelapan. Akibat
gagalnya kanalis pleuroperikonalis ini menutup merupakan mekanisme terjadinya
hernia diafragma. pada neonatus hernia diafragma disebabkan oleh gangguan
pembentukan diafragma yang ditandai dengan gejala. Anak sesak nafas terutama
kalau tidur datar, dada tampak menonjol tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut
kempis dan menunjukkan gambaran skafoit. Post apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang
terletak di hemitoraks kanan.
2.12
Patofisiologis
Hernia Diafragmatika
Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma
dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan
pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan
fusi ketiga unsure dan gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada
gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada
gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan
eventerasi. Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari
penyebab hernia diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan
orang tua.
2.13
Gejala
Diafragmatika
Gejalanya berupa:
1. Retraksi sela iga dan substernal
2. Perut kecil dan cekung
3. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi
perut.
4. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena
terdorong oleh isi perut.
5. Terdengar bising usus di daerah dada.
6. Gangguan pernafasan yang berat
7. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
8. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
9. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
10. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
2.14
Komplikasi
Hernia Diafragmatika
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui
hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak
berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas
sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung
sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Sedangkan
komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia diafragmatika tipe
Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan kongenital paru-paru dan 5 – 16
% mengalami kelainan kromosom.
Selain komplikasi di atas, ada pula beberapa komplikasi
lainnya, yaitu:
1. Adanya penurunan jumlah alvieoli dan pembentukan bronkus.
2. Bayi mengalami distress respirasi berat dalm usia
beberapa jam pertama.
3. Mengalami muntah akibat obstuksi usus.
4. Kolaps respirasi yang berat dalam 24 jam pertama
5. Tidak ada suara nafas.
2.15
Penatalaksanaan
Diafragmatika
1. Pemeriksaan fisik
a. Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi
gerakan nafas tidak nyata.
b. Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid.
c. Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser
sehingga kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan.
d. Bila anak didudukkan dan diberi oksigen, maka sianosis
akan berkurang.
e. Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.
f. Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.
g. Bising usus terdengar di dada
2.
Pemeriksaan penunjang
a. Foto thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus di
daerah toraks.
b. Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan
antara paralisis diafragmatika dengan eventerasi (usus menonjol ke depan dari
dalam abdomen).
Yang dapat dilakukan seorang bidan bila menemukan bayi
baru lahir yang mengalami hernia diafragmatika yaitu :
1. Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.
2. Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau
sesudah operasi agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar
diafragma dapat bergerak bebas
3. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut
terjadi, maka tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi.
4. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk
bayi ke tempat pelayanan yang lebih baik.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A. Manajemen
Kebidanan pada Neonatus dengan Labiopalatoskiziz
Nama
pengkaji : bidan gending.
Hari/tanggal
pengkajian : senin, 14 november 2016
Tempat
pengkajian : BPM
Waktu
pengkajian : 07:30 wib
1)
Data Subjektif
·
Biodata bayi
Nama
: B
Umur
: 3 bulan
Jenis
kelamin: laki-laki
Alamat
: bogor
BB
: 4,5 kg/10 pon
Hemoglobin
: > 10gr
·
Biodata orang tua
Nama
bapak/ibu : Ny S Tn H
Umur
bapak/ibu : 29 tahun/25 tahun
Suku
bapak/ibu : sunda
Alamat
bapak/ibu : bogor
Pendidikan
bapak/ibu : S1/SMA
Pekerjaan
bapak/ibu : Wirauswasta/IRT
Lamanya
menikah : 2 tahun
·
Keluhan utama
Ibu
mengatakan bahwa ada kelainan pda anaknya dan sulit memberikan ASI kepada
anaknya.
2)
Data Objektif
Terdapat pemisahan
bibir, pemisahan bibir langit-langit, distro hidung, infeksi telinga berulang,
berat badan tidak bertambah, serta regurgitasi, masalah ketika menyusu (air
susu keluar dari lubang hidung)
3)
Analisa
Bayi Ny S usia 3 bulan dengan labiopalatoskiziz.
4)
Penatalaksanaan
08:00 memberitahu hasil
pemeriksaan bayinya kepada ibu.
08:10 memberikan konsultasi mengenai nutrisi
yang seimbang
08:20 merujuk bayi
kerumah sakit untuk pembedahan.
08:30
memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga bayi.
B. Manajemen Kebidanan pada Neonatus Cukup Bulan Usia 2 Hari dengan
Hernia Diafragmatika
Nama Pengkaji :
Ayu Lafiefah
Hari/Tanggal :
Senin, 14 November 2016
Tempat Pengkajian :
RS. Sehat Sentausa
Waktu Pengkajian :
07.00 WIB
1) Data Subjektif
·
Identitas
Nama bayi : By. Ny. K
Umur bayi : 2 hari
Tanggal
/ jam lahir : 12 November 2016
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 49 cm
Nama Ibu :Ny. K Nama Ayah : Tn M.K
Umur Ibu : 24 thn Umur
Ayah : 25 thn
Suku :
Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Cilendek Alamat : Cilendek
·
Keluhan Utama
Ibu menguluh bayinya selalu
merintih dan terlihat sesak nafas.
·
Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan : Tidak ada
Pre
Eklamsi : Tidak ada
Penyakit
kelamin : Tidak ada
Lain
– lain : Tidak ada
·
Kebiasaan waktu hamil
Makanan :
Tidak ada pantangan
Obat
– obatan : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
Merokok :
Tidak ada
Lain
– lain : Tidak ada
·
Riwayat persalinan sekarang
Bayi lahir tanggal 12-11-2016 di
RS. PKT Bontang, Kehamilan cukup bulan ,dengan persalinan SC. Di tolong oleh
Dokter Sp.OG. Kala II berlangsung lama. Saat lahir bayi menangis rintih dan
sesak nafas. Dan langsung dilakukan bantuan pernapasan.
2) Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
·
Keadaan umum :
Lemah
·
Kesadaran :
Samnolen
·
Suhu :
36,50C
·
Nadi :
142x/menit
·
Pernapasan :
98x/menit
·
Berat badan :
3000 gram
2.
Pemeriksaan Fisik
·
Kepala
Tidak ada benjolan/lesi/caput
·
Muka
Tampak pucat, tidak teraba oedem
·
Ubun – ubun
Fontanela anterior dan posterior terbuka, ubun ubun depan
cekung
·
Mata
Simetris kiri dan kanan, Konjungtiva tidak pucat, sclera
berwarna putih.
·
Telinga
Simetris kiri dan kanan
·
Mulut
Mukosa bibir tampak kering, tidak tampak sianosis, Tidak
tampak Labioskizis, terpasang OGT (+)
·
Hidung
Simeteris, tidak tampak dan tidak teraba oedem/polip. Tidak tampak
pernafasan cuping hidung.
·
Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan Kelenjar
tiroid.
·
Dada
Tampak asimetris pada saat bernafas, tampak tarikan dinding
dada. Terdengar bising usus pada rongga dada sebelah kiri.
·
Abdomen
Abdomen tampak cekung, teraba kosong
(skafoid). Tali
pusat belum terlepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
·
Punggung
Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang
·
Ekstremitas
Tampak bergerak dengan baik, tidak
tampak kelainan, jumlah jari kaki kanan & kiri lengkap, tidak teraba oedem.
·
Genetalia
Tidak tampak kelainan. Labia minora
tertutup oleh labia mayora.Lubang uretra terpisah dari lubang vagina.
·
Anus
Tampak normal, tidak ada kelainan
·
Moro :
+
·
Walking :
tidak dilakukan
·
Rooting :
+
·
Suckling :
tidak dilakukan
·
Tonic neck :
tidak dilakukan
3.
Antopometri
·
Lingkar kepala :
33 cm
·
Lingkar dada :
Tidak dilakukan
·
Lingkar lengan atas :
Tidak dilakukan
4.
Eliminasi
·
Miksi : 20 cc
·
Defekasi :
1 cc
5.
Pemeriksaan Penunjang
Ø Pemeriksaan darah
Hb :
11, 2 gr%
Bilirubun Indirek : 8, 0 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,5 mg/dl
Eritrosis : 3,25/uL
Leukosit : 18,7/uL
Trombosit : 178.000/uL
Hematokrit : 35, 8 %
Ø Pemeriksaan Urine
Albumin : 3,9 g/dl
Reduksi : Tidak dilakukan
3)
Analisa
Neonates cukup bulan Bayi Ny. K
usia 2 hari dengan hernia diafragmatika.
4) Penatalaksanaan
1.
Observasi KU, kesadaran dan tanda-tanda vital tiap jam
2.
Berikan oksigen dengan menggunakan
headbox
3.
Lapor dr. jaga mengenai kondisi
klien saat ini
4.
Observasi intake cairan klien
5.
Observasi output cairan klien
6.
Berikan injeksi sesuai advice
dokter
7.
Lakukan pengambilan darah
8.
Berikan cairan lipofundin sesuai
advice dokter.
9.
Lakukan dokumentasi pada lembar
observasi klien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelainan
kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum
kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada neonatus
yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor
obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan
faktor-faktor lainnya.
Kelainan
kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap
ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus
dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab,
langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
Kelainan
congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya
dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat
terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi,
melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya
lainnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang membaca tulisan
ini, penulis berharap untuk kritik konstruktif dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam
menjalankan semua kegiatan sebagai mahasiswa.