Selasa, 29 November 2016

CONTOH KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah “Memberikan Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi dan Penatalaksanaannya (Ikterus)”. Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap materi ini. Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai materi tersebut.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada ibu Juariah, M. Keb yang telah membimbing kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.



Bogor, 10 November 2016


Penulis

LABIOPALATOSKHIZIZ DAN HERNIA DIAFRAGMATIKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Cacat bawaan adalah merupakan suatu kesatuan cacat lahir pada neonates yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis.  Perhatian kita terhadap cacat bawaan masih kurang, sedangkan Negara kita saat ini telah berhasil dalam penyelenggaraan KBn serta telah berhasil memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman sekarang ini masalah kualitas hidup anak merupakan prioroitas utama bagi program kesehatan nasional.  Salah satu faktor mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan.
Kelainan bawaan seperti labioskizis, hernia diafragmatika.  Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing.
Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan alat kedokteran. Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata, dapat dengan segera menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum mampu untuk melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena pemerintah sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang kurang mampu.
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ intra abdomen ke dalam rongga kavum pleura melalui suatu lubang pada diafragma.  Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul, Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral diafragma posterior yang berasal dari arkus lumbosakral dan vertebrocostal adalah tempat yang paling lemah dan mudah rupture.





B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Labioskiziz dan Labiopalatoskiziz pada neonatus dan penatalaksanaannya?
2.      Bagaimana Hernia diafragmatika pada neonatus dan penatalaksanaannya?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Labioskiziz dan Labiopalatoskiziz pada neonates dan penatalaksanaannya terhadap neonatus.
2.      Untuk mengetahui hernia diafragmatika pada neonatus dan penatalaksanaannya pada neonatus yang mengalami kelainan tersebut.





















BAB II
TINJAUAN KASUS

A.    Labioskizis dan Labiopalatokizis
2.1  Pengertian Labioskizis dan Labiopalatokizis
Suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut. Palatokizis (sumbing palatum/celah llangit-langit), labioskizis (sumbing bibir/celah bibir) yang terjadi akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang maxila dan premaxilla) untuk menyatu selama perkembangan embrio

2.2  Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatokizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta malatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut :
1.      Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, palatum dulum di belahan foramen insisivum.
2.      Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3.      Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral dab bilateral.
4.      Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

Berdasarkan organ yang terlihat :
1.    Celah di bibir (labioskizis).
2.    Celah di gusi (platokizis).
3.    Celah di langit (palatokizis).
4.    Celah dapat terjadi dalam satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis).

Berdasarkan lengkap atau tidak lengkapnya celah terbentuk.
1.) Unilateral inclompete adalah jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang ke hidung.
2.) Unirateral complete adalah jika celah sumbing yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan memanjang ke hidung.
3.) Bilateral complete adalah jika celah sumbing terjhadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

2.3  Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatokizis adalah sebagai berikut :
1.    Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipokalemia.
2.    Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.
3.    Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya difisiensi vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.
4.    Faktor genetik atau keteurunan.
5.    Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
6.    Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin seperti infeksi rubella, sifilis, toxoplasma, dan klamidia.
7.    Multi faktoral dan mutasi genetik.
8.    Displasia ektodernal. 

2.4  Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatokizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan paltum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.


2.5  Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini adalah :
1.      Opititis media.
2.      Faringitis.
3.      Kekurangan gizi.
Diperkirakan sekitar 10% penderita palatoskizis akan menderita masalah berbicara, misalnya suara sengau. Karena palatoskizis dapat menganggu pertumbuhan anatomi nasafaring dan sering mengakibatkan pula terjadinya otitis media, cosge, serta gangguan pendengaran, maka kerjasama dengan pihak THT sangat diperlukan.

2.6  Penatalaksanaan
1.    Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
2.    Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeze bottles). Untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat di dorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3.    Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dpat dilakukan tindakan bedah.
4.    Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.
5.    Tahapan tindakan orthondofic diperlukan pula untuk perbaikan gusi dan gigi.
6.    Pendekatan kepada orang tua sangat penting agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.

                        
2.7  Syarat Labioplastis (Rule Of Ten)
1.    Umur 3 bulan atau > 10 minggu.
2.    Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon.
3.    Hemoglobin > 10 gram/dl.
4.    Hitung jenis leukosit < 10.000.

2.8  Syarat Palatoplasti
Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain  tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara 1-2 tahun.
1.         Jika sengau harus dilakukan terapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara).
2.         Jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.
Faringoplasti ialah suatu pembahasan mukosa otot-otot yang kemudian didekatkan satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung dipersempit dengan membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatum molle. Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen agar pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut :
1.         Menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih.
2.         Bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan kedua tangannya.
3.         Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur sering selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok.
4.         Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.
B.     Hernia Diafragmatika
2.9  Pengertian Hernia Diafragmatika
            Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ atau jaringan melalui lubang abnormal. Henia diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pembagian Hernia diafragmatika :
a.       Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan, tusukan
b.      Non-Traumatica
1)      Kongenital       
a) Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma.
b)   Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan sternum
2)      Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjad
pada sisi tubuh bagian kiri.

2.10 Penyebab Hernia Diafragmatika
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-7 sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang secara tidak wajar atau usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di tengah diafragma tidak berkembang secara wajar.         
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang berarti “banyak faktor” baik faktor genetik maupun lingkungan.

2.11    Etiologi
            Lesi ini biasanya terdapat pada distress respirasi berat pada masa neonatus yang disertai dengan anamali sistem organ lain misalnya anamali sistem saraf pusat atresia esofagus, omfalokel dan lain-lain.
            Pemisahan perkembangan rongga pada dada dan perut disempurnakan dengan menutupnya kanalis pleuropertioneum posteriolateral selam kehamilan minggu kedelapan. Akibat gagalnya kanalis pleuroperikonalis ini menutup merupakan mekanisme terjadinya hernia diafragma. pada neonatus hernia diafragma disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma yang ditandai dengan gejala. Anak sesak nafas terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkan gambaran skafoit. Post apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan.

2.12    Patofisiologis Hernia Diafragmatika
Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsure dan gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.

                                                           
2.13    Gejala Diafragmatika     
Gejalanya berupa:
1.      Retraksi sela iga dan substernal
2.      Perut kecil dan cekung
3.      Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.
4.      Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi perut.
5.      Terdengar bising usus di daerah dada.
6.      Gangguan pernafasan yang berat
7.      Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
8.      Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
9.      Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
10.  Takikardia (denyut jantung yang cepat).

2.14    Komplikasi Hernia Diafragmatika
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan kongenital paru-paru dan 5 – 16 % mengalami kelainan kromosom.
Selain komplikasi di atas, ada pula beberapa komplikasi lainnya, yaitu:
1.      Adanya penurunan jumlah alvieoli dan pembentukan bronkus.
2.      Bayi mengalami distress respirasi berat dalm usia beberapa jam pertama.
3.      Mengalami muntah akibat obstuksi usus.
4.      Kolaps respirasi yang berat dalam 24 jam pertama
5.      Tidak ada suara nafas.


2.15 Penatalaksanaan Diafragmatika
1.      Pemeriksaan fisik
a.       Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata.
b.      Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid.
c.       Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang  terletak di hemitoraks kanan.
d.      Bila anak didudukkan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang.
e.       Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.
f.       Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.
g.      Bising usus terdengar di dada 
2.      Pemeriksaan penunjang
a.       Foto thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus di daerah toraks.
b.      Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara paralisis diafragmatika dengan eventerasi (usus menonjol ke depan dari dalam abdomen).

Yang dapat dilakukan seorang bidan bila menemukan bayi baru lahir yang mengalami hernia diafragmatika yaitu :
1.      Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.
2.      Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat bergerak bebas
3.      Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi.
4.      Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat pelayanan yang lebih baik.


BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    Manajemen Kebidanan pada Neonatus dengan Labiopalatoskiziz
Nama pengkaji : bidan gending.
Hari/tanggal pengkajian : senin, 14 november 2016
Tempat pengkajian : BPM
Waktu pengkajian : 07:30 wib

1)      Data Subjektif
·         Biodata bayi
Nama : B
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin: laki-laki
Alamat : bogor
BB : 4,5 kg/10 pon
Hemoglobin : > 10gr

·         Biodata orang tua
Nama bapak/ibu : Ny S Tn H
Umur bapak/ibu : 29 tahun/25 tahun
Suku bapak/ibu : sunda
Alamat bapak/ibu : bogor
Pendidikan bapak/ibu : S1/SMA
Pekerjaan bapak/ibu : Wirauswasta/IRT
Lamanya menikah : 2 tahun

·         Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa ada kelainan pda anaknya dan sulit memberikan ASI kepada anaknya.


2)      Data Objektif
Terdapat pemisahan bibir, pemisahan bibir langit-langit, distro hidung, infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah, serta regurgitasi, masalah ketika menyusu (air susu keluar dari lubang hidung)

3)      Analisa
Bayi Ny S usia 3 bulan dengan labiopalatoskiziz.

4)      Penatalaksanaan
08:00 memberitahu hasil pemeriksaan bayinya kepada ibu.
08:10 memberikan konsultasi mengenai nutrisi yang seimbang
08:20 merujuk bayi kerumah sakit untuk pembedahan.
08:30 memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga bayi.

B.     Manajemen Kebidanan  pada Neonatus Cukup Bulan Usia 2 Hari dengan Hernia Diafragmatika

Nama Pengkaji                        : Ayu Lafiefah
Hari/Tanggal                           : Senin, 14 November 2016
Tempat Pengkajian                  : RS. Sehat Sentausa
Waktu Pengkajian                   : 07.00 WIB

1)      Data Subjektif
·         Identitas                                                        
Nama bayi                   : By. Ny. K    
Umur   bayi                 : 2 hari
Tanggal / jam lahir       : 12 November 2016
Jenis kelamin               : Perempuan   
Berat badan                 : 3000 gram    
Panjang badan             : 49 cm

            Nama Ibu        :Ny. K                                     Nama Ayah     : Tn M.K
Umur Ibu        : 24 thn                                    Umur Ayah     :  25 thn
Suku                : Jawa                                      Suku                : Jawa
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Pendidikan      : SMP                                      Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan         : Karyawan
Alamat                        : Cilendek                                Alamat                        : Cilendek
·         Keluhan Utama
Ibu menguluh bayinya selalu merintih dan terlihat sesak nafas.
·         Riwayat penyakit kehamilan          
Perdarahan                        : Tidak ada
Pre Eklamsi           : Tidak ada
Penyakit kelamin   : Tidak ada
Lain – lain             : Tidak ada
·         Kebiasaan waktu hamil      
Makanan                           : Tidak ada pantangan
Obat – obatan                   : Tidak ada
Jamu                                  : Tidak ada
Merokok                            : Tidak ada
Lain – lain                         : Tidak ada
·         Riwayat persalinan sekarang
Bayi lahir tanggal 12-11-2016 di RS. PKT Bontang, Kehamilan cukup bulan ,dengan persalinan SC. Di tolong oleh Dokter Sp.OG. Kala II berlangsung lama. Saat lahir bayi menangis rintih dan sesak nafas. Dan langsung dilakukan bantuan pernapasan.




                       
2)      Data Objektif
1.      Pemeriksaan Umum
·         Keadaan umum               : Lemah
·         Kesadaran                        : Samnolen
·         Suhu                                : 36,50C
·         Nadi                                 : 142x/menit
·         Pernapasan                       : 98x/menit
·         Berat badan                     : 3000 gram

2.      Pemeriksaan Fisik
·         Kepala
Tidak ada benjolan/lesi/caput
·         Muka
Tampak pucat, tidak teraba oedem
·         Ubun – ubun
Fontanela anterior dan posterior terbuka, ubun ubun depan cekung
·         Mata
Simetris kiri dan kanan, Konjungtiva tidak pucat, sclera berwarna putih.
·         Telinga
Simetris kiri dan kanan
·         Mulut
Mukosa bibir tampak kering, tidak tampak sianosis, Tidak tampak Labioskizis, terpasang OGT (+)
·         Hidung
Simeteris, tidak tampak dan tidak teraba oedem/polip. Tidak tampak pernafasan cuping hidung.
·         Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan Kelenjar tiroid.
·         Dada
Tampak asimetris pada saat bernafas, tampak tarikan dinding dada. Terdengar bising usus pada rongga dada sebelah kiri.
·         Abdomen
Abdomen tampak cekung, teraba kosong (skafoid). Tali pusat belum terlepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
·         Punggung           
      Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang
·         Ekstremitas
Tampak bergerak dengan baik, tidak tampak kelainan, jumlah jari kaki kanan & kiri lengkap, tidak teraba oedem.
·         Genetalia
Tidak tampak kelainan. Labia minora tertutup oleh labia mayora.Lubang uretra terpisah dari lubang vagina.
·         Anus
Tampak normal, tidak ada kelainan
·         Moro                                : +
·         Walking                           : tidak dilakukan
·         Rooting                            : +
·         Suckling                           : tidak dilakukan
·         Tonic neck                       : tidak dilakukan
3.      Antopometri             
·         Lingkar kepala                 : 33 cm
·         Lingkar dada                   : Tidak dilakukan
·         Lingkar lengan atas         : Tidak dilakukan
4.      Eliminasi
·         Miksi                                :  20 cc
·         Defekasi                          : 1 cc
5.      Pemeriksaan Penunjang
Ø  Pemeriksaan darah
Hb                               : 11, 2 gr%
Bilirubun Indirek        : 8, 0 mg/dl
Bilirubin Direk            : 0,5 mg/dl
Eritrosis                       : 3,25/uL
Leukosit                      : 18,7/uL
Trombosit                    : 178.000/uL
Hematokrit                  : 35, 8 %
Ø  Pemeriksaan Urine
Albumin                      : 3,9 g/dl
Reduksi                       : Tidak dilakukan

3)      Analisa
Neonates cukup bulan Bayi Ny. K usia 2 hari dengan hernia diafragmatika.

4)      Penatalaksanaan
1.      Observasi KU,  kesadaran dan tanda-tanda vital tiap jam
2.      Berikan oksigen dengan menggunakan headbox
3.      Lapor dr. jaga mengenai kondisi klien saat ini
4.      Observasi intake cairan klien
5.      Observasi output cairan klien
6.      Berikan injeksi sesuai advice dokter
7.      Lakukan pengambilan darah
8.      Berikan cairan lipofundin sesuai advice dokter.
9.      Lakukan dokumentasi pada lembar observasi klien.


  




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada neonatus  yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.

B.     Saran

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang membaca tulisan ini, penulis berharap untuk kritik konstruktif dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menjalankan semua kegiatan sebagai mahasiswa.