Anna
Anna.
Tokoh fiksi yang namanya masih saja terlintas di fikiranku. Remaja
tanggung yang sedang mencari, entah ego atau jati diri. Entahlah.. yang pasti,
di bus kota malam ini dia menangis, tersedu, mengusap lagi dan lagi air matanya
yang jatuh di pipi. Bukan karena dia harus pergi, bukan. Tapi karena terlalu
banyak hal yang membuatnya teramat marah. Bukankan perempuan selalu seperti
itu? Menangis karena kesal, menangis karena marah, dan bahkan dia juga akan
menangis karena bahagia. Malam itu dia tidak sendiri, dia duduk bersama Ayah
kebanggaannya yang kini mulai keriput kulitnya, mulai susah melihat, mendengar,
dan berbicara, tapi tetap bersedia menjaga anak perempuannya yang kini mulai
tumbuh, yang tidak ingin lagi dipeluk ayahnya, yang sudah besar katanya.
