Senin, 29 Februari 2016

Anna

Anna

Anna.  Tokoh fiksi yang namanya masih saja terlintas di fikiranku. Remaja tanggung yang sedang mencari, entah ego atau jati diri. Entahlah.. yang pasti, di bus kota malam ini dia menangis, tersedu, mengusap lagi dan lagi air matanya yang jatuh di pipi. Bukan karena dia harus pergi, bukan. Tapi karena terlalu banyak hal yang membuatnya teramat marah. Bukankan perempuan selalu seperti itu? Menangis karena kesal, menangis karena marah, dan bahkan dia juga akan menangis karena bahagia. Malam itu dia tidak sendiri, dia duduk bersama Ayah kebanggaannya yang kini mulai keriput kulitnya, mulai susah melihat, mendengar, dan berbicara, tapi tetap bersedia menjaga anak perempuannya yang kini mulai tumbuh, yang tidak ingin lagi dipeluk ayahnya, yang sudah besar katanya.

Hello Sunset-ers!

ig: ayulafiefah

Kamu jangan pernah menyerah. Terus berjalan walaupun itu perlahan. Mungkin kalimat ini udah ngga asing lagi di telinga kita. Tapi sering terlupa. Lalu berdalih untuk pembenaran, terlalu banyak alasan. Bosan.
Matahari yang selalu bisa membuatmu jatuh cinta setiap saat, hei! matahari justru terlihat sangat mengagumkan saat mulai tenggelam. Jadi teruslah berjalan. Kamu mengagumkan. Seperti sunset kala itu, di Pantai Panembahan Sukabumi.
Buatlah permohonan agar kami bisa melihat hal-hal indah bersama. Sunset untuk kita.
Lalu melompat bersama kaya kuda terbang di foto ini.